Dia tidak disukai dan disukai. Namun sebagai pengajar kebenaran, pikiran-pikirannya banyak diterima oleh kalangan akademisi yang dikritik olehnya.
Kehidupannya yang menyimpang sering-sering dicibir oleh penganut agama yang taat. “Foucault dikenal sebagai seorang pemabuk, homoseksual, pecandu obat-obatan terlarang, opium, ganja, kokain, dan LSD. Kematiannya pada tanggal 25 Juni 1984 ditengarai disebabkan oleh penyakit AIDS,” demikian tulis Atiqoh Hasan.
Sebagai filosof, tentu ia memiliki banyak kebisaan disiplin ilmu. Mulai dari sejarah, kritik, sosiologi, dan psikologi. Meski tidak serius di dunia sastra, namun tulisan-tulisannya sangat berpengaruh pada sastra dan teori wacana.
Hidup di antara Ketidakteraturan
Individualisme menjadi ciri hidup orang Eropa. Seseorang bisa memilih hidup sebagai apa saja. Bisa menjadi gembel dan gelandangan. Bisa hidup sebagai birokrat berpakaian rapi. Dan, kelas-kelas sosial sebagaimana telah digambarkan oleh Karl Marx.

Namun, pandangan orang Eropa tentu serba materi. Serba mewujud. Serba bukti. Tanpa ada ujian-ujian klinis, belum bisa dianggap sahih. Berbeda dengan pandangan orang timur yang mudah percaya begitu saja pada hal-hal mistis dan mitologis.
Tentu, Michel Foucault menjalani itu semua. Menikmati hidup serba materi. Di dalam menikmati serba materi itu, dirinya menemukan puncak kegilaan-kegilaan.
Dari ketidakteraturan, Foucault bisa menjadi apa saja sebagaimana manusia Ubermensch. Manusia unggul. Manusia serba bisa. Foucault bisa menjadi seorang akademisi yang rapi, seniman yang nyentrik, dan bahkan menjadi demonstran yang garang.
Hal demikian didorong oleh masa lalunya yang sering dihadapkan pada kehidupan-kehidupan eksklusif dan teratur. Dirinya akan sangat asing ketika berhadapan dengan ayah ibunya yang sama-sama ahli bedah. Pun, kehidupan kolega-koleganya yang bangsawan.
Foacault merupakan anak kedua pasangan Paul dan Anne yang lahir di Kota Pointiers Perancis pada 15 Oktober 1926. Ketika dunia mulai mengalami kebangkitan kemewahan industri yang berakibat pada eksploitasi, imperialisme, kolonialisme, dan tentu Perang Dunia.
Minatnya pada sastra dan sejarah didorong oleh lingkungan dan situasi yang membuat orang-orang mulai frustrasi menghadapi perang.

jacobinmag.com gayatrimedia.co.id
Nihilisme Frederich Nietzsche cukup berpengaruh pada pemikiran Foucault untuk memuja materi.Sirkulasi materi yang tetap telah memberi pandangan: ada yang tidak tetap. Di balik yang teratrur terdapat yang tidak teratur. Pun, di balik yang terpikirkan masih ada yang tak terpikirkan.
Demikian, sastra menjawab problem-problem sejarah. Masih ada ruang kosong penafsiran yang patut dirambah.
Disiplin dan Hukuman
Membaca disiplin dan hukuman di dalam menegakkan keteraturan sama seperti ketika membaca karya-karya Imam Al-Ghazali dan kitab-kitab Tantra. Semua akan menimbulkan keajaiban dan kemukjizatan setelah menjalani proses yang ketat. Tubuh akan memberi respon positif ketika menjalani disiplin-disiplin tertentu.

Kegilaan tidak saja dijumpai pada diri yang tidak teratur, namun juga ketika ketidaksadaran sedang menjalani disiplin-disiplin. Penjara menjadi salah satu jalan alternatif untuk mengobati kegilaan-kegilaan masyarakat. Atau, justru menyelamatkan dari kegilaan-kegilaan tanpa sadar akibat mobilisasi perang dan kekacauan di dunia luar.
Disiplin, baik dipaksa atau terpaksa, akan menimbulkan keajaiban. Sebagaimana meditasi-meditasi Tantra yang teratur. Begitu pula pada disiplin tubuh untuk pemenuhan-pemenuhan seksualitas. Tidak terkecuali intelektualitas.
Dari disiplin itu, kemudian kekuasaan terbangun dan tercipta. Mengetahui kedisiplinan berarti berselingkuh dengan kekuasaan.
Kekuasaan tersebut tidak bisa hanya dipandang sebatas kuasa politik seorang raja atau presiden. Melainkan, kekuasaan dalam arti luas.
Seorang ilmuan atau guru dengan menjalani disiplin yang ketat, ia akan memperoleh kekuasaan dengan pengetahuannya. Pengetahuannya telah berselingkuh dengan kekuasaannya untuk apapun.
Seorang saudagar akan memperoleh kekuasaan atas hartanya guna berselingkuh dengan pengetahuan disiplin mengelola hartanya.
Bahkan, sebuah teks (bisa kitab suci) akan berselingkuh dengan kekuasaan dirinya guna menundukkan akal bebas manusia.
Salah satu sumber :
https://www.merdeka.com/paul-michel-foucault/profil/
=============================

M. Sakdillah (author, director, and culture activities).